Larangan Tajassus
Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim
Larangan Tajassus adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 8 Ramadhan 1445 H / 19 Maret 2024 M.
Kajian Tentang Larangan Tajassus
Pada pertemuan terakhir kita telah membahas tentang larangan tajassus, yaitu memata-matai keburukan seseorang, baik itu dengan mata penglihatan maupun dengan pendengaran. Ini hal yang dilarang oleh agama Allah. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki aib dan dia memiliki cacat. Tidak ada orang yang sempurna di muka bumi ini. Masing-masing mempunyai kekurangan dan aib. Bahkan sebagian salaf dahulu ketika menggambarkan tentang diri mereka dimana ini menunjukkan bagaimana sikap dan perilaku tawadhu dan ketakwaan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai ada di antara mereka yang mengatakan, “Seandainya dosa itu merupakan sesuatu yang tercium baunya, maka tidak ada seorang pun yang akan mendekati aku.” Ini menunjukkan bagaimana takwanya mereka pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sifat ini seyogianya harus kita selalu tanamkan dalam diri kita. Bertakwa dengan melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan Allah, memberikan hak kepada setiap yang berhak, mencintai kaum muslimin dengan menginginkan kebaikan bagi mereka. Seorang mukmin mencintai saudaranya. Ketika dia melihat aib saudaranya, maka dia berupaya untuk menutupi aib saudaranya, bukan dia menyebarkan dan membesar-besarkan kepada manusia. Karena tidak ada seorang pun yang luput dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.
Maka apabila seorang telah menutupi aibnya, sudah seyogianya seorang muslim yang mengetahui aib orang itu juga menutupinya. Lain halnya dengan orang yang melakukan perbuatan munkar secara terang-terangan dilihat oleh manusia, ini lain perkaranya.
وعن معاوية – رضي الله عنه – قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يقول: «إنَّكَ إنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المُسْلِمينَ أفْسَدْتَهُمْ، أَوْ كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ».
Dari Mu’awiyah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya engkau itu jika terus membuntuti -mencari-cari- aib -kekurangan- kaum Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka atau sudah mendekati engkau merusak mereka.`” (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menjelaskan kepada kita bagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam supaya komunitas kaum muslimin senantiasa terjaga dan terpelihara. Sehingga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengarahkan dan membimbing umat ini . Manusia yang paling mencintai umatnya adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya jika engkau selalu dan terus-terusan mengikuti/membuntuti aib-aib orang-orang Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka.”
Dikatakan oleh nabi bahwa dia telah merusak. Karena dengan terbukanya aib seseorang, berarti kehormatan orang ini akan rusak. Oleh karena itu dilarang oleh Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Seorang lebih baik mengintrospeksi dan memeriksa dirinya, daripada memantau kesalahan-kesalahan dan aib-aib seorang seorang muslim. Apalagi di bulan yang mulia bulan Ramadhan. Kalau saja perbuatan ini adalah perbuatan yang jelek di luar Ramadhan, apalagi di bulan Ramadhan?
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54033-larangan-tajassus/